Rabu, 09 September 2015

ANALISIS 4 CERPEN DIHUBUNGKAN DENGAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOMUNIKASI MANUSIA


CERPEN I
  
Judul Cerpen:          
Nin’ (terbit di buku antologi puisi ‘Renungan Hidup’) oleh Lucy Pujasari Supratman

Analisis:         
Analisis dari cerita pendek pertama yang berjudul “Nin”.
Kebanyakan dari kisah diatas jika dihubungkan dengan perspektif psikologi komunikasi manusia banyak menggunakan teori Humanistik yaitu manusia yang dipandang eksistensinya terhadap cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadinya, yang dimana Si pencerita atau Lucy ini dan semua tokoh didalamnya sedang merasakan kesedihan yang mendalam karna telah kehilangan Nin (Nenek) yang sangat mreka cintai. Berikut beberapa potongan narasi yang menyatakan bahwa cerita pendek ini banyak mengandung atau menggunakan teori Humanistik:
1.      “Cy, Nin meninggal tadi shubuh..Nin meninggal cy”, Bunda berteriak histeris sesaat tiba di rumah duka.
·         Berteriak histeris, perasaan yang menyimbolkan kekagetan-sedih yang terlalu dalam terlalu dalam.
2.      “Pemukiman yang menggoreskan beragam kenangan indah dalam buku cerita masa kecilku”
·         Lucy sang tokoh utama yang sedang mengenang kenangan indah dulu bersama Nin-nya, yang dimana sewajarnya manusia mengenang masa indah kepada orang terkasih.
3.      “Beragam pelangi kurasakan bersama Nin.Sebagai cucu pertama,”
·         Masih sama dengan diatas, Lucy kembali mengenang suasana indah nan bahagia bersama Nin-nya.
4.      “Nin pantang menikah lagi.Nin setia pada kakek.”
·         Kesetiaan, hanya bisa dimiliki oleh seseorang yang mau berusaha menjaga cinta tulusnya.
Namun dalam cerita pendek ini ada satu yang saya dapatkan menggunakan teori Psikokognitif, yaitu manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha menjaga keajegan dalam system kepercayaannya. Berikut satu penggalan narasi yang menggunakan teori Psikokognitif:
1.      “Bunda belajar kemandirian”
Belajar, kegiatan manusia yang aktif berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.



CERPEN II
              
Judul Cerpen:
Mencari Kematian (terbit di Koran GALAMEDIA) oleh Lucy Pujasari Supratman


Analisis:
Sungguh cerita yang mengenaskan namun seram jika dibayangkan. Jujur saja, cerpen ini sedikit namun dapat menghipnotis pembaca, khususnya kami. kami merasa langsung membawa diri kami menjadi tokoh “Aku”. Tak terbayang bagaimana buruknya kehidupan kami. Kemudian masuk dalam analisis yang berhubungan dengan psikologi komunikan.
            Menurut kami cerita pendek yang berjudul “Mencari Kematian” mengandung teori Humanistik, Psikioanalisis, dan Behaviorisme. Yang dimana di jelaskan sebagai berikut:

1.      Humanistik
a.   Dalam cerita pendek ini tokoh “Aku” menjelaskan bahwa ia membenci ibu dan bapak kandungnya yang telah membuangnya sesaat ia masih bayi. Kebencian; merasa sangat tidak suka. Yang perasaan ini wajar terjadi terhadap beberapa manusia bila ia disakiti oleh orang lain. Berikut penggelan narasi yang membuktikan kebencian dari tokoh “Aku” ini:

Seorang wanita yang sangat tepat  dijuluki sebagai wanita medusa.  Ya, wanita yang berwujud kepala ular.

Mudah-mudahan Tuhan mengutukmu!  Aku juga mengutukmu serta lelaki bejat yang memberi sperma di ovum ular.  Entah itu karena kebablasan atau apalah.   Rasanya tak pantas bagiku memanggilmu ibu.  Karena bagiku seorang ibu adalah wanita yang bisa memberikan kehangatan jiwa.

b.      Penggunaan Humanistik pun juga dirasakan dalam penggelan narasi di cerita pendek ini, yang mengungkapkan tokoh si “Aku” merasa bahagia saat ia dipungut oleh lakilaki dan dipertemukan dengan wanita yang menyejukkan hati nya, yang pantas di katagorikan sebagai ibu menurutnya. Beriku penggelan narasinya:

Sedang wanita ini justru  begitu menyejukkkan.  Dia menggendongku, lalu mulai menetekikudengansusubotol

c.       Namanya orangtua bagaimanapun anaknya menyakitkan, beliau selalu memaafkan. Sekalipun itu perbuatan yang membuat nama baiknya tercoreng. Contohnya dengan penggalan narasi ini, tokoh si “Aku” hamil diluar nikah, dan orangtua angkatnya memaafkan serta mendukung untuk dibesarkan si jabang bayi yang dikandung oleh anak angkatnya itu.

Mereka menyuruku membesarkan si jabang bayi.  Tak terbesit rasa kekesalan di hati kedua orang tua angkatku.  Hingga suatu saat aku mengalami keguguran.  Mereka tidak juga kesal….
d.      Dendam, perasaan ingin membalas kekesalan masa lampau yang tak kunjung puas untuk dapat memaafkan. Tokoh “A” menjadi pendendam ketika ia ditinggal lari oleh pacarnya dengan keadaan ia sedang mengandung.

Setelah pengkhianatan pacar pertama, aku menjadi lebih pendendam.  Aku jadi lebih suka mematukan bisaku pada setiap adam daripada menjalin hubungan serius.

2.      Psikioanalisis
Penggalan narasi ini menceritakan tokoh “Aku” dan  tokoh Bram tidak bisa menahan Id-nya karna ia mengikuti superego daripada ego-nya.

Namun aku jadi bejat, karena pacarku bejat.   Setelah menghamiliku, dia malah lari dari tanggung jawab.  Betapa bodohnnya menelan mentah rayuan buaya.

Bram jadi ketagihan.  Dia bilang, ”Melakukan hal ini merupakan suatu euphoria tiada akhirnya bagiku

3.      Behaviorisme
Kebiasaan hidup tokoh “Aku” setelah ia dimasukan ke rumah bordil oleh orangtua angkat nya, kehidupan “Aku” semakin buruk dan mengakibatkan ia mengidap penyakit AIDS.
Di rumah bordil, aku langsung menjadi primadona para hidung belang.  Meneruskan cita-cita Ibu kandungku, si ular phyton.  Hingga aku terkena AIDS karena seringnya berganti-ganti pasangan setiap malam.


CERPEN III

Judul Cerpen:
KACA (terbit di Koran Pikiran Rakyat) oleh Lucy Pujasari Supratman


Analisis:



  
CERPEN IV

Judul Cerpen:
Sang Jiwa (terbit di Koran GALAMEDIA) oleh Lucy Pujasari Supratman

Analisis:
Dalam cerita pendek yang berjudul “Sang Jiwa” ini ada 2 teori perspektif psikologi komunikasi yang dipakai, yaitu Psikokognitif dan Humanistik. Berikut penjelasannya:
1.      Psikokognitif:
Dia berpikir cinta itu aneh padahal orang-orang bilang cinta itu buta karena dia mencintai seseorang namun hatinya menolak. Dengan begitu artinya, Dia membuat pernyataan sendiri dari apa yang dia rasakan.
Orang berkata cinta itu buta.. Akh, apanya yang buta! Justru cinta itu aneh. Aku pun merasakan itu karena mencintai seorang lelaki namun hatiku menolaknya

2.      Humanistik
a.       Kecintaan yang dirasakan setiap hamba kepada Tuhannya
Aku tahu bahwa cinta yang paling tinggi itu hanya pada Tuhan.
b.      Tokoh “Aku” Munafik, berpura-pura tidak tahu atas cinta tokoh Jiwa ke dia.
Aku tidak mengakui Jiwa padahal kesetiannya padaku tak terelakan.
c.       Tokoh “Aku” berprasangka buruk, menganggap semua laki-laki tidak mau bercinta dengan wanita tua.

Lelaki? Huh, jelas saja mereka tak mau bercinta dengan wanita berbau tanah dan miskin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar