ANALISIS 4 CERPEN DIHUBUNGKAN
DENGAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI KOMUNIKASI MANUSIA
CERPEN
I
Judul Cerpen:
Nin’ (terbit di buku antologi puisi
‘Renungan Hidup’) oleh Lucy Pujasari
Supratman
Analisis:
Analisis dari cerita pendek pertama
yang berjudul “Nin”.
Kebanyakan dari
kisah diatas jika dihubungkan dengan perspektif psikologi komunikasi
manusia
banyak menggunakan teori Humanistik yaitu manusia yang dipandang eksistensinya
terhadap cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadinya, yang dimana
Si pencerita atau Lucy ini dan semua tokoh didalamnya sedang merasakan
kesedihan yang mendalam karna telah kehilangan Nin (Nenek) yang sangat mreka
cintai. Berikut beberapa potongan narasi yang menyatakan bahwa cerita pendek
ini banyak mengandung atau menggunakan teori Humanistik:
1. “Cy, Nin meninggal tadi
shubuh..Nin meninggal cy”, Bunda berteriak histeris sesaat tiba di rumah duka.
·
Berteriak
histeris, perasaan yang menyimbolkan kekagetan-sedih yang
terlalu dalam terlalu dalam.
2.
“Pemukiman yang menggoreskan beragam kenangan indah dalam buku
cerita masa kecilku”
·
Lucy sang tokoh utama yang sedang
mengenang kenangan indah dulu bersama Nin-nya, yang dimana sewajarnya manusia
mengenang masa indah kepada orang terkasih.
3.
“Beragam pelangi kurasakan bersama Nin.Sebagai cucu pertama,”
·
Masih sama dengan diatas, Lucy kembali
mengenang suasana indah nan bahagia bersama Nin-nya.
4.
“Nin pantang menikah lagi.Nin setia pada kakek.”
·
Kesetiaan,
hanya
bisa dimiliki oleh seseorang yang mau berusaha menjaga cinta tulusnya.
Namun dalam cerita pendek ini ada
satu yang saya dapatkan menggunakan teori Psikokognitif, yaitu manusia
dipandang sebagai makhluk yang selalu berusaha menjaga keajegan dalam system
kepercayaannya. Berikut satu penggalan narasi yang menggunakan teori Psikokognitif:
1.
“Bunda belajar kemandirian”
Belajar,
kegiatan manusia yang aktif berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
CERPEN
II
Judul Cerpen:
Mencari
Kematian (terbit di Koran GALAMEDIA) oleh Lucy Pujasari Supratman
Analisis:
Sungguh
cerita yang mengenaskan namun seram jika dibayangkan. Jujur saja, cerpen ini
sedikit namun dapat menghipnotis pembaca, khususnya kami. kami merasa langsung
membawa diri kami menjadi tokoh “Aku”. Tak terbayang bagaimana buruknya
kehidupan kami. Kemudian masuk dalam analisis yang berhubungan dengan psikologi
komunikan.
Menurut kami cerita pendek yang
berjudul “Mencari Kematian” mengandung teori Humanistik, Psikioanalisis, dan
Behaviorisme. Yang dimana di jelaskan sebagai berikut:
1. Humanistik
a. Dalam cerita pendek ini tokoh “Aku”
menjelaskan bahwa ia membenci ibu dan bapak kandungnya yang telah membuangnya
sesaat ia masih bayi. Kebencian; merasa sangat tidak suka. Yang perasaan ini
wajar terjadi terhadap beberapa manusia bila ia disakiti oleh orang lain.
Berikut penggelan narasi yang membuktikan kebencian dari tokoh “Aku” ini:
“Seorang
wanita yang sangat tepat dijuluki sebagai wanita medusa. Ya, wanita
yang berwujud kepala ular.”
“Mudah-mudahan
Tuhan mengutukmu! Aku juga mengutukmu serta lelaki bejat yang memberi
sperma di ovum ular. Entah itu karena kebablasan atau apalah.
Rasanya tak pantas bagiku memanggilmu ibu. Karena bagiku seorang ibu
adalah wanita yang bisa memberikan kehangatan jiwa.”
b.
Penggunaan Humanistik pun juga dirasakan
dalam penggelan narasi di cerita pendek ini, yang mengungkapkan tokoh si “Aku”
merasa bahagia saat ia dipungut oleh lakilaki dan dipertemukan dengan wanita
yang menyejukkan hati nya, yang pantas di katagorikan sebagai ibu menurutnya.
Beriku penggelan narasinya:
“Sedang
wanita ini justru begitu menyejukkkan. Dia menggendongku, lalu
mulai menetekikudengansusubotol”
c.
Namanya orangtua bagaimanapun anaknya
menyakitkan, beliau selalu memaafkan. Sekalipun itu perbuatan yang membuat nama
baiknya tercoreng. Contohnya dengan penggalan narasi ini, tokoh si “Aku” hamil
diluar nikah, dan orangtua angkatnya memaafkan serta mendukung untuk dibesarkan
si jabang bayi yang dikandung oleh anak angkatnya itu.
“Mereka menyuruku membesarkan si jabang bayi. Tak terbesit rasa
kekesalan di hati kedua orang tua angkatku. Hingga suatu saat aku
mengalami keguguran. Mereka tidak juga kesal….”
d.
Dendam, perasaan ingin membalas kekesalan
masa lampau yang tak kunjung puas untuk dapat memaafkan. Tokoh “A” menjadi
pendendam ketika ia ditinggal lari oleh pacarnya dengan keadaan ia sedang
mengandung.
“Setelah
pengkhianatan pacar pertama, aku menjadi lebih pendendam. Aku jadi lebih
suka mematukan bisaku pada setiap adam daripada menjalin hubungan serius.”
2. Psikioanalisis
Penggalan
narasi ini menceritakan tokoh “Aku” dan
tokoh Bram tidak bisa menahan Id-nya karna ia mengikuti superego
daripada ego-nya.
“Namun
aku jadi bejat, karena pacarku bejat. Setelah menghamiliku, dia
malah lari dari tanggung jawab. Betapa bodohnnya menelan mentah rayuan
buaya.”
“Bram
jadi ketagihan. Dia bilang, ”Melakukan hal ini merupakan suatu euphoria
tiada akhirnya bagiku”
3. Behaviorisme
Kebiasaan
hidup tokoh “Aku” setelah ia dimasukan ke rumah bordil oleh orangtua angkat
nya, kehidupan “Aku” semakin buruk dan mengakibatkan ia mengidap penyakit AIDS.
“Di rumah bordil, aku langsung menjadi primadona
para hidung belang. Meneruskan cita-cita Ibu kandungku, si ular
phyton. Hingga aku terkena AIDS karena seringnya
berganti-ganti pasangan setiap malam.”
CERPEN
III
Judul Cerpen:
KACA
(terbit di Koran Pikiran Rakyat) oleh Lucy
Pujasari Supratman
Analisis:
Cerita pendek yang berjudul “Kaca” ini keseluruhan menggunakan teori
Psikoanalisis dalam perspektif psikologis komunikasi, dimana si pencerita lebih
mengikuti super ego-nya daripada ego
nya, walaupun pada akhirnya ia mengikuti ego-nya. hal itu dapat dilihat dari jalan cerita dimana sang wanita membunuh
pacarnya yang menderita sakit
leukemia, dia membunuh sang pacar demi memuaskan hasrat super ego nya.
Didalam cerita ini, tokoh utama mengalami perang batin pada diri nya
sendiri, karena adanya
perbedaan antara ego dan super ego yang ada dalam dirinya dan menjadi bimbang antara
melakukan kebaikan dan keburukan.
super ego dalam cerita ini di gambarkan oleh tokoh si “Kaca” sedangkan super ego dalam cerita di
gambarkan oleh tokoh utama (si wanita). Namun, setelah mengikuti super ego-nya si tokoh
utama akhirnya menyesal atas apa yang dia lakukan. Hingga akhirnya si tokoh
utama memilih untuk mengikuti apa yang dikatakan oleh ego dalam dirinya, hal
itu daapat dilihhat dari jalan cerita dimana "kaca" menyuruh tokoh
utama untuk bunuh diri untuk mengakhiri semuanya dan si tokoh utama pun
meengikutinya. Namun setelah kami amati kembali sepertinya si tokoh
utama memiliki kepribadian yang aneh, bisa dibilang seperti psikopat. Mana
mungkin orang yang normal ketika ia mencintai seseorang pasti akan benar-benar
menjaga nya, bukan malah membunuhnya.
CERPEN
IV
Judul Cerpen:
Sang
Jiwa (terbit di Koran GALAMEDIA) oleh Lucy
Pujasari Supratman
Analisis:
Dalam cerita pendek yang berjudul “Sang Jiwa” ini
ada 2 teori perspektif psikologi komunikasi yang dipakai, yaitu Psikokognitif
dan Humanistik. Berikut penjelasannya:
1. Psikokognitif:
Dia berpikir cinta itu aneh padahal orang-orang
bilang cinta itu buta karena dia mencintai seseorang namun hatinya menolak.
Dengan begitu artinya, Dia membuat pernyataan sendiri dari apa yang dia
rasakan.
“Orang berkata cinta itu buta.. Akh, apanya yang
buta! Justru cinta itu aneh. Aku pun merasakan itu karena mencintai seorang
lelaki namun hatiku menolaknya”
2. Humanistik
a.
Kecintaan yang dirasakan setiap hamba
kepada Tuhannya
“Aku tahu bahwa cinta yang paling tinggi itu
hanya pada Tuhan.”
b.
Tokoh “Aku” Munafik, berpura-pura tidak
tahu atas cinta tokoh Jiwa ke dia.
“Aku tidak mengakui Jiwa padahal kesetiannya
padaku tak terelakan.”
c. Tokoh
“Aku” berprasangka buruk, menganggap semua laki-laki tidak mau bercinta dengan
wanita tua.
“Lelaki?
Huh, jelas saja mereka tak mau bercinta dengan wanita berbau tanah dan miskin.”